Rabu, 18 April 2012
Browse » Home »
teori kognitivistik
» makalah teori belajar; teori kognitivistik
makalah teori belajar; teori kognitivistik
14.29 | Diposting oleh
eko aw |
Edit Entri
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber referensi. ketentuan hak cipta berlaku
Model Pemprosesan Informasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Teori Belajar dan Pembelajaran
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus
memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai
pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah
menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi.
Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk
mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran
untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan
beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses
pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi
bekal persiapan profesionalitas para guru.
Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.
Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.
Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah
teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing
seseorang bagaimana caranya siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan,
pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan
hal itu, perlu adanya penjelasan dan pembahasan terkait dengan teori
pembelajaran. Agar lebih spesifik dan terfokus, dalam makalah ini akan hanya
akan menguraikan dan menjelaskan satu dari beberapa teori pembelajaran yang
sudah ada, yaitu pada Teori Pembelajaran Kognitivistik. Dan dari penjelasan ini
nantinya diharapkan bisa memberikan pemahaman yang utuh dan dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran. Dengan berbekal pemahaman yang utuh terkait teori
pembelajaran yang dijadikan sebagai pemahaman dasar dalam pembelajaran
diharapkan siswa dapat menerima pembelajaran yang akan kita sampaikan dengan
baik.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari Teori Pembelajaran?
2.
Apa pengertian Teori Kognitivisme dalam
Pembelajaran ?
3.
Siapakah Tokoh-tokoh
dalam Teori kognitivisme ?
4.
Bagaimana pengaplikasi
teori Kognitivisme dalam Pembelajaran ?
5.
Bagaimana Pandangan Teori
Kognitif Tentang Belajar ?
6. Apakah Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif ?
1.3
Tujuan Masalah
- Mampu mengerti Teori Pembelajaran.
- Mampu mengerti Teori Kognitivisme dalam pendidikan.
- Mampu mengetahui tokoh Kognitivisme.
- Mampu mengetahui pengaplikasian Kognitivisme dalam
Pembelajaran.
- Mampu mengetahui Pandangan Teori Kognitivisme
Tentang Belajar.
- Mampu mengetahui Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang
ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar
menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’
membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:
1. teori pembelajaran harus
memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan
kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.
2. teori ini juga terkait dengan adanya
struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan:
a. struktur pengetahuan harus mampu
menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas.
b. struktur pengetahuan tersebut harus
mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang telah dijelaskan.
c. struktur pengetahuan harus mampu
meluaskan cakrawala berpikir siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.
3. teori pembelajaran juga terkait
dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang
mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap
informasi tersebut.
4. yang terakhir, macam dari teori
pembelajaran yang sudah ada, diantaranya :
a) Teori Pembelajaran Deskriptif dan
Perspektif
b) Teori Pembelajaran Behavioristik
c) Teori Pembelajaran Kognitivistik
d) Teori Pembelajaran Humanistik
e) Teori Pembelajaran Konstruktivistik
2.2 Pengertian Kognitivisme
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan
suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar
adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam
diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya
untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor
individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi
kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan
hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot
dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita:
mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah,
mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar
ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan
bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan
lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah
laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang
konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak.
Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, yaitu:
- Belajar tidak sekedar
melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir yang
sangat kompleks (Budiningsih, 2005:34)[1]
- Ilmu pengetahuan dibangun dalam
diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik, belajar dipandang sebagai
suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan
baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara
aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari
informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya sangat menentukkan keberhasilan mempelajari informasi
pengetahuan yang baru.[2]
Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah
pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman.
Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan
pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan
tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi
selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu
dapat diamati)[3].
Dalam teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi yang
terjadi dalam proses belajar saling berhubungan secara keseluruhan. Sehingga
jika keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi komponen-komponen kecil dan
mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan kehilangan sesuatu
(reilly dan lewis, 1983)[4].
Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri
pokok. Adapun ciri-ciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah
sebagai berikut:
a) Mementingkan apa yang ada dalam diri
manusia
b) Mementingkan keseluruhan dari pada
bagian-bagian
c) Mementingkan peranan kognitif
d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
e) Mementingkan pembentukan struktur
kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar
memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili
obyek-obyek itu di representasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui
tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat
mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan
perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tempat-tempat
yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang,
orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang
bercerita, tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di
tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan
ceritanya.
2.3 Tokoh-tokoh kognitivisme
Tokoh dari teori tersebut antara
lain Jean Peaget, Bruner, dan Ausebel, Robert M. Gagne.
a.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.
Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget,
yang pernah mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak
yang terdiri atas beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1)
Piaget mengatakan bahwa (i) anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan
kreatif dalam menguasai bahasa ibunya; (ii) kemampuan untuk menguasai bahasa
itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi itu memiliki struktur
dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan
struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu.
Teorinya
memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah : Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Bahan yang harus
dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan peluang
agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetic, artinya proses yang didasarkan atas mekenisme biologis dari
perkembangan system syaraf. Semakin bertambah umur seseorang, makin komplek
susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976)[5].
Sehingga ketika dewasa seseorang akan mengalami adaptasi biologis dengan
lingkungannya yang menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam
struktur kognitifnya. Piaget membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu :
a) Asimilasi
Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).
Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).
b) Akomodasi
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya : siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian.
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya : siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian.
c) Equilibrasi
Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan logis.
Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan logis.
Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian,
pengembangan dan pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
yang telah dimiliki seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan konsep schema/skema
(jamak = schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/ struktur kognitif
yang baru tersebut akan menjadi dasar untuk kegiatan belajar berikutnya.[6]
Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui
oleh siswa yang terbagi kedalam empat tahap, yaitu :
1) Tahap sensorimotor (anak usia lahir
– 2 tahun)
2) Tahap preoperational (anak usia 2 –
8 tahun)
3) Tahap operational konkret (anak usia
7/8 – 12/14 tahun)
4) Tahap operational formal (anak usia
14 tahun lebih)
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka
semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berfikirnya. Karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif aak didiknya, serta memberikan isi, metode,
media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses
belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena
itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya
serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
v Teori Perkembangan Kognitif,
dikembangkan oleh Jarome Bruner.
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif
manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang
biasanya digunakan. Sehingga, perkembangan bahasa memberi pengaruh besar dalam
perkembangan kognitif (Hilgard dan Bower, 1981)[7]
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu
sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran
harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan kata lain,
perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan
yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan
adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai
dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitif mereka, artinya menuntut adanya pengulangan-pengulangan.
Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep,
arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu
kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan kata lain, belajar dengan
menemukan.
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah menghadapkan
anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan
berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah
dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau
mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai
keseimbangan di dalam benaknya. Dari implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi
dasar dari teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pengalaman didalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur kognitif, yang
kemudian mengalami tahap belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman dari
apa yang aia temukan.
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan ( termasuk konsep, teori, definisi, dsb) melalui
contoh-contoh yang menggambarkan ( mewakili ) aturan yang menjadi sumber . Dari
pendekatan ini “belajar ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan). Siswa
diberikan suatu informasi umum dan diminta untuk mencari contoh-contoh khusus
dan konkrit .
Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif,
yaitu:[8]
1. Enaktif : usaha/kegiatan untuk
mengenali dan memahami lingkungan dengan observasi, pengalaman terhadap suatu
realita.
2. Ikonik :siswa melihat dunia dengan
melalui gambar-gambar dan visualaisasi verbal.
3. Simbolik : siswa mempunyai
gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan
penggunaan symbol.
Keuntungan belajar menemukan (Free Discovery Learning):
- Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat
memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya.
- Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara
mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi
informasi.
v Teori Perkembangan Kognitif,
dikembangkan oleh Ausebel.
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/
meaning full learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
1) Memperhatikan stimulus yang
diberikan.
2) Memahami makna stimulus menyimpan
dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya
Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat
kepada siswa (Advanced Organizer), dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh
siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu :
- Menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi yang akan dipelajari.
- Berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari.
- Dapat membantu siswa untuk
memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus
sangat baik, dengan demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat
abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga
harus memiliki logika berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi
pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat, serta mengurutkan
materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah dipahami.
v Teori Perkembangan Kognitif,
dikembangkan oleh Robert M. Gagne
Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan
informasi dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Pengolahan otak manusia :
a) Reseptor
b) Sensory register
c) Short-term memory
d) Long-term memory
e) Response generator
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah
teori pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori
ini belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Reseptor (alat indera) :
menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsaangan
neural, memberikan symbol informasi yang diterimanya dan kemudian di
teruskan.
- Sensory register (penempungan
kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada syaraf pusat, fungsinya
menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk
suatu kebulatan perceptual. Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam
memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam system.
- Short term memory ( memory
jangka pendek ) : menampung hasil pengolahan perceptual dan menyimpannya.
Informasi tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka
pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat
terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini
dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke
memori jangka panjang.
- Long Term memory (memori jangka
panjang) :menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek.
Informasi yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap
untuk dipakai kapan saja.
- Response generator (pencipta
respon) : menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang
dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
2.4 Aplikasi teori Kognitivisme
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu
guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru
menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana
kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan
individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan
beberapa petunjuk aplikasi teori pemrosesan informasi, yaitu (a) guru hendaknya
yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa yang dipelajari.
Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat melakukan tindakan dengan
memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan atau menghentakkan papan tulis,
berkeliling ruangan atau berbicara dengan irama, memulai pelajaran dengan
mengajukan pertanyaan yang membangkitkan minat siswa terhadap topik yang
dibicarakan, (b) membantu siswa membedakan iinformasi yang penting dengan
informasi yang tidak penting untul memusatkan perhatian misalnya dengan
menuliskan tujuan pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan
mengulangi lagi atau meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan, (c) membantu
siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang diketahui misalnya
dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk mengingat kembali dan
menghubungkan dengan informasi baru, menggunakan diagram atau garis untuk menunnjukkan
hubungan informasi baru dengan informasi yang dimiliki, (d) sediakan waktu
untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi dengan memulai pelajaran
meninjau ulang pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes pendek yang sering, membuat
permainan atau siswa saling berpasangan bertanya jawab, (e) sajikan pelajaran
secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan pembelajaran, membuat
ikhtisar atau rangkuman, dan (f) utamakan pembelajaran bermakna bukan
ingatan misalnya dengan mengajarkan
perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah
dimiliki.
Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan
dan mengingatnya kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan (a) untuk menghafal
informasi yang tidak membutuhkan pemahaman, gunakan meneumonic (pembantu
ingatan, kiat, atau jembatan keledai). Misalnya untuk menghafal kata-kata
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, nasional
dengan mneumonic IPOLEKSOSBUD HANKAMNAS, (b) rumusan kembali dengan kalimat
sendiri apa yang telah dipelajari, dan (c) untuk mengatasi inhibisi retroaktif
dapat dilakukan berbagai cara misalnya mengajarkan konsep serupa tidak dalam
waktu yang bersamaan atau mengajarkan materi serupa dengan metode yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan
free recall learning, yaitu belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya
urutan rukun iman, rukun islam, atau berwudlu serta urutan warna, urutan
peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall learning ialah mempelajari daftar
yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi atau rasul, nama tumbuhan,
nama organ tubuh dan sebagainya.
Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning
terdapat beberapa cara (a) organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun
daftar informasi yang akan dipelajari menjadi kategori yang mempunyai arti dan
mudah diingat, (b) metode loci, artinya tempat. Ialah metode alat bantu
mengingat dimana seorang membuat gambaran pikiran yang berkaitan dengan
tempat-tempat tertentu, (c) irama, metode mengingat dalam bentuk nyanyian.
Misalnya untuk mengenalkan urutan rukun Islam atau rukun iman dengan nyanyian[9].
2.5 Kelebihan dan kelemahan teori
Kognitivisme
a) Kelebihannya
yaitu : menjadikan
siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
b) Kekurangannya
yaitu : teori
tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan khususnya
di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan
pemahamannya masih belum tuntas.
2.6 Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar
Menurut teori kognitif, belajar ialah proses internal
yanh tidak dapat diamati langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang
untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu. Perubahan dalam
tingkah laku adalah refleksi dari perubahan internal.
Seperti halnya teori behavioristik, teori kognitif
berpendapat bahwa reinforcement dalam sangat penting. Hanya saja reinforcement
dalam teori behavioristik berfungsi memperkuat respon atau tingkah laku,
sementara dalam teori kognitif berfungsi sebagai sumber umpan balik. Umpan
balik ini memberi tahu tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku
diulang-ulang. Dalam teori ini reinforcement juga berfungsi untuk mengurangi
ketidakpastian yang mengarah ke pemahaman dan penguasaan.
2.7 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif
Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemproses
informasi yang aktif. Informasi merupakan sesuatu yang diterima oleh pikiran
secara terus menerus, meski demikian beberapa informasi cepat terlupakan dan
sepabagian yang lain diingat sepanjang hayat.
|
|
Alat
indera mengirimkan informasi keregister inderawi untuk disimpan sebentar.
Informasi tersebut diberi arti melalui perhatian dan persepsi. Setelah diubah
menjadi kode-kode, informasi kemudian masuk ke dalam ingatan jangka pendek.
Register
inderawi merupakam komponen pertama dalam sistem memory yang menerima
informasi. Stimulus dari
lingkungan seperti benda-benda, cahaya, bau, suara, dan sebagainya selalu
menghampiri respector. Respector merupakan bagian dari tubuh yang menerima
informasi inderawi. Persepsi ialah interpretasi informasi yang datang adri
indera sebagai pemberian arti terhadap stimulus inderawi.
Dalam psychology
gestalt menganggap keseluruhan memiliki sifat kelihatan yang berbeda
dengan sifat unsur-unsurnya secara lepas. Contoh klasik yang yang sering
ditemukan ialah gambar yang berdimensi ganda, sehingga tergantung darimana kita
melihatnya, maka bangun gambar tersebut akan menimbulkan penafsiran yang
berbeda.
Ingatan jangka pendek merupakan komponen kedua, dimana
informasi yang dipersepsi atau yang diberi
perhatian masuk kedalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek
disebut juga working memory, ingatan yang bekerja, ingatan yang sadar karena
memegangi informasi yang dipikirkan pada waktu tertentu.
Perbedaan Ingatan Jangka Pendek
dengan Ingatan Jangka Panjang
Jenis ingatan
|
Input
|
Kapasitas
|
Maintanence
|
Retrieval
|
Jangka pendek
|
Sangat cepat
|
Terbatas
|
Sangat sebentar
|
Segera/ cepat
|
Jangka pendek
|
Relatif lambat
|
Praktis tak terbatas
|
Praktis tak terbatas
|
Tergantung penyusunan
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep belajar menurut teori kognitif ialah
prosesinternal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan tingkah laku
terjadi dalam situasi tertentu sebagai reflaksi perubahan internal. Berbeda
dengan behavioristik, teori kognitifmempelajari aspek-aspek yang tidak dapat
diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreativitas, hrapan,
dan pikiran.
Prinsip-prinsip teori kognitif ialah pemrosesan informasi
yang aktif melalui tahapan (a) mengumpulkan informasi dan mengubahnya menjadi
kode-kode, (b) menyimpan informasi, dan (c) mengingat kembali apabila
diperlukan.
Aplikasi praktis teori kognitif dalam pembelajaran ialah
bahwa pembelajaran harus menekankan perhatian siswa, strategi mengingat,
pengulangan, dan mengutamakan makna bukan memorasi.
[1]
Suyono dan Hariyanto. 2001. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: PT Rosda Karya. Hal. 75
[2] Muhaimin, Sutia’ah, Nur
Ali. 2002. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hal. 198
[3] Bambang Warsita. 2008. Teknologi
Pembelajaran ; Landasan Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 69.
[4]
Muhaimin, dkk. Op. cit. hal 199
[5] Ibid. Hal 199
[6] Bambang Warsita. Op. cit.
hal 70
[7]
Muhaimin, dkk. Op. cit. hal 200
[8]
Bambang Warsita. Op. cit. hal 72
[9]
Hj. Sutiah, M.Pd, Buku ajar Teori
Belajar dan Pembelajaran, 2003, Universitas Negeri Malang, hlm. 114.
Label:
teori kognitivistik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
*Hak cipta 2012 oleh Eko Andri Wijaya. makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber...
-
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis...
-
*Hak cipta 2012 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
*Hak cipta 2012 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai mana yang telah di sebutkan dalam ...
-
*Hak cipta 2012 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
Blog Archive
-
2012
(23)
- Juni(6)
-
April(17)
- penyebutan manusia dalam Al-Qur'an
- landasan hukum pendidikan
- makalah teologi islam; aliran mu'tazilah
- makalah teologi islam; kehendak mutlak tuhan
- makalah Filosofi Tarbiyah Ulul Albab; logo uin malang
- makalah ilmu alamiah dasar (iad); besi
- bahasa indonesia; surat lamaran pekerjaan
- bahasa indonesia; wacana
- TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH; bahasa indonesia
- sistematika penulisan karya ilmiah
- proposal
- makalah bahasa indonesia; berbahasa lisan
- makalah bahasa indonesia; siroh nabi sulaiman dala...
- makalah teori belajar; teori kognitivistik
- makalah strategi pembelajaran; tahapan-tahapan dal...
- makalah fiqih ; memahami pemecahan masalah-masalah...
- makalah akidah akhlaq ; zuhud dan tawakal
- 2011 (3)
0 komentar:
Posting Komentar