Rabu, 18 April 2012
Browse » Home »
zuhud dan tawakal
» makalah akidah akhlaq ; zuhud dan tawakal
makalah akidah akhlaq ; zuhud dan tawakal
14.06 | Diposting oleh
eko aw |
Edit Entri
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Sebagai
mana yang telah di sebutkan dalam presentasi sebelumnya, mengenai tentang
masalah akhlak terpuji, dalam bahasan kali ini kami ingit sedikit membahas
mengenai tentang masalah akhlak terpuji yang berjudul zuhud dan tawakal,
sedikit membicarakan mengenai zuhud dan tawakal dua komponen tersebut sangat
berpengaruh dalam kehidupan kita masing-masing untuk menuju ke arah kehidupan
kita yang lebih baik,
Berikut
adalah beberapa uraian mengenai tentang zuhud dan tawakal akan di jelaskan di
bawah sebagai berikut:
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zuhud?
2. Apa saja contoh perilaku zuhud?
3. Apa pengertian Tawakal?
4. Apa saja contoh perilaku tawakal?
C.
Tujuan
1. Dapat memahami pengertian zuhud
2. Mengetahui contoh perilaku zuhud
3. Mengerti pengertian tawakal
4. Dapat menerapkan contoh perilaku tawakal
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Zuhud dan Tawakal
1.
Zuhud
Menurut bahasa zuhud
berasal dari kata dasar zahada yazhadu zuhdan, yang berarti
meninggalkan atau menghindar. Yakni meninggalkan atau menghindar dari
kesenangan duniawi yang berlebih-lebihan misalnya dalam hal makanan, pakaian,
rumah atau kendaraan karena pengabdian kepada Allah SWT melebihi dari
segalanya.
Menurut istilah zuhud memiliki beberapa pengertian :
a.
Ibnu Taimiyah, ”Zuhud adalah
meninggalkan apa yang tidak bermanfaat demi kehidupan akhirat”.
b.
Imam Al Qusyairy, ”Zuhud adalah tidak
merasa bangga terhadap kemewahan dunia yang dimiliki dan tidak merasa sedih
ketika kehilangan harta”.
c.
Imam Al Ghazali, ”Zuhud adalah mengurangi
keinginan untuk menguasai kemewahan dunia sesuai dengan kadar kemampuannya”.
d. Hasan Al-Bashri, ”Zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta,
akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di
tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika
tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu
antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran”.
Dari empat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa zuhud
adalah suatu sikap hidup di mana seseorang tidak terlalu mementingkan harta
kekayaan dunia atau dunia. Harta kekayaan atau dunia hanyalah sarana untuk
mencapai tujuan hakiki yakni kehidupan akhirat.
Beberapa firman Allah SWT terkait dengan sifat Zuhud :
a. QS An Nisa ayat 77 :
قُلْ مَتَعُ
الُّدنْياَ قَليلٌ َوْلأَخرَةُ خَيْرٌ لّمَن اُتّقَ وَلَاتُظْلَمُونَ فَتيلاً...
"... Katakanlah: ’kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat
itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya
sedikitpun”.
b. QS Luqman ayat 33
:
فَلَ تَغُرَّنَّكُمُ اُلْحَيوةُ
اُلدُّنْياَوَلاَيَغُرَّنَّكُم باُلَلّه اُلْغَرُورُ...
”...
maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan
(pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
c. QS Al Kahfi ayat 7
:
إنَّا جَعَلأْنَا ماَ عَلَى اُلْأَرْض زيْنَةً لَّهَا لنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya”.
d. QS Asy Syura ayat 20 :
مَنْ كَانَ يُريْدُ حَرْثَ اُلْأَخرَة نَزدْ لَهُ,فى حَرْثه. وَمَنْ كَانَ يُريْدُ حَرْثَ اُلدُّنْيَا نُوءْته
منْهَا وَمَا لَهُ, فى الْأَ خرَة من نَّصيب
”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah
keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia
Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat”.
e. QS Al Hadid ayat 23 :
لّكَيْلاَ
تَأْسَوْاْ عَلَى مَا فَا تَكُمْ وَلاَتَفْرَ حُوْاْبمَا ءَاتَىكُمْ, وَاُللهُ
لاَيُحبُّ كُلَّ مُخْتَال فَخُور.
“ (kami jelaskan yang demikian itu)
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah
tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Para ulama Tasawuf membagi zuhud ke dalam beberapa tingkatan, antara lain :
a. Imam Ahmad bin
Hanbal :
1) Zuhud Awam, dengan
meninggalkan barang yang haram,
2) Zuhud Khawas,
dengan meninggalkan barang yang halal,
3) Zuhud ’Arif,
dengan meninggalkan apa saja yang menghalanginya dari Allah SWT.
b. Imam Abu Nashr
As Sarraj At Tusi :
1) Zuhud Mubtadi’
(tingkat pemula), yakni orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya-pun tidak
ingin memilikinya.
2) Zuhud
Mutahaqqiq (tingkat orang yang telah mengenal hakekat zuhud), yakni orang yang
bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena
tahu dunia tidak mendatangkan keuntungan baginya.
3) Zuhud ‘Alim
Muyaqqin (tingkat orang yang memandang bahwa dunia tidak memiliki nilai), yakni
orang yang memandang bahwa dunia ini hanyalah sesuatu yang dapat melalaikan
dari mengingat Allah SWT.
c. Iman
Al Ghazali :
1) Meninggalkan
sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik,
2) Meninggalkan
keduniaan karena menginginkan sesuatu yang bersifat keakhiratan,
3) Meninggalkan
segala sesuatu selain Allah SWT, karena rasa cintanya hanya tertuju kepada
Allah SWT.
Kebalikan dari sifat zuhud adalah hubbuddunya (berlebih-lebihan
mencintai dunia/harta benda). Orang yang hubbuddunya digambarkan oleh Allah SWT
sebagai orang yang suka mencela dan mengumpulkan harta benda. Perhatikan QS Al
Humazah berikut ini !
1. kecelakaanlah
bagi setiap pengumpat lagi pencela,
2. yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitung,
3.
Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4.
sekali-kali tidak! sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam
Huthamah.
5. dan tahukah kamu apa
Huthamah itu?
6. (yaitu) api (yang
disediakan) Allah yang dinyalakan,
7. yang (membakar) sampai
ke hati.
8. Sesungguhnya api itu ditutup
rapat atas mereka,
9. (sedang mereka itu)
diikat pada tiang-tiang yang panjang.
2.
Tawakal
Menurut bahasa tawakal berasal dari kata dasar wakkala yang
artinya mewakilkan atau menyerahkan. Yakni mewakilkan atau menyerahkan suatu
urusan kepada orang lain yang karena sesuatu hal dirinya tidak bisa
melakukannya. Sedangkan menurut istilah tawakal adalah berserah diri kepada
Allah dalam menghadapi suatu pekerjaan atau keadaan. Dalam penerapannya tawakal
merupakan tumpuan terakhir dalam suatu usaha dan perjuangan, artinya berserah
diri kepada Allah (tawakal) itu sesudah melakukan ikhtiar nyata semaksimal
mungkin sesuai kemampuan.
Beberapa firman Allah SWT terkait dengan sifat Tawakal :
a. QS Ali Imran ayat 159 :
فَإذَا عَزَمْتَ
فَتَوَ كَّلْ عَلَى الّلهَ. إنَّاللَّهَ يُحبُّ الْمُتَوَكّلينَ.
“… kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
b. QS Ali Imran ayat 160 :
إنْ تَنصرْ
كُمٌاللَّهُ فَلاَ غأَلب لَكُمْ. وَإنْ يَخْذُ لَكُمْ فَمَنْ ذاَ الّذى
يَنْصُرُكُمْ مّنْ بَعْده. وَعَلَى اللّه فَلْيَتَوَكَّل الْمُؤمنونَ.
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan
yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah
kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”.
c. QS Al Maidah ayat 23 :
قَالَ رَجُلاَن منَ
الَّذيْنَ يَخاَ فُونَ أَنْعَم الّلهُ عَلَيْهماَ اُدْخُلُواْ عَلَيْهمُ اَلْباَبَ
فَإذاَدَخَلْتُمُوهُ فَإنَّكُمْ غَلبُوْنَ. وَعلىَ اللّه فَتَوَكَّلُوآْ إن كنْتمُ
مّؤْمنينَ.
“berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui
pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang.
dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang
yang beriman".
d.
QS At Thalaq ayat 3 :
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ
عَلَى اللّه فَهُوَ حَسْبُهُ. إنَّ اللّه بَلغُ أَمْره. قَدْجَعَلَ اللَّهُ لكُّل
شَىءقَدْراً
“… dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
e.
QS At Taubah ayat 51 :
قُلْ لَّنْ يُصيبَنآَ
إلاَّماَ كَتَبَ اللّهُ لَنَا هُوَ مَوْ لَنَا. وَعَلَى اللّه فَلْيَتَوَ كَّل
اَلْمؤْمنُونَ
”Katakanlah: "sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang
telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada
Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."
Imam Al Ghazali membagi tawakal ke dalam beberapa tingkatan :
a. Bidayah (tingkat
pemula), yakni tawakal pada tingkat hati yang selalu merasa tentram terhadap
apa yang sudah dijanjikan Allah SWT.
b. Mutawasithah (tingkat
pertengahan), yakni tawakal pada tingkat hati yang selalu merasa cukup
menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. karena merasa yakin bahwa
Allah SWT telah mengetahui keadaan dirinya.
c. Nihayah (tingkat
tinggi), yakni tawakal pada tingkat terjadi penyerahan diri seseorang pada
ridla atau merasa lapang menerima segala ketentuan Allah SWT.
Tawakal pada tingkat pertama disebut Tawakkalul Wakil (tawakalnya
orang mukmin biasa), yakni seseorang mempercayakan urusannya kepada sang wakil,
yaitu Allah SWT, karena merasa yakin bahwa Allah SWT merasa belas kasihan
terhadap hamba-Nya. Sedangkan Tawakal pada tingkat kedua dan ketiga disebutTawakkalut
Taslim (tawakalnya para nabi dan wali, yakni seseorang sudah tidak
lagi membutuhkan sesuatu selain hanya kepada Allah SWT, karena merasa yakin
bahwa Allah SWT telah mengetahui keadaan dirinya.
Sedangkan dari segi obyeknya tawakal terbagi menjadi dua macam :
a. Tawakkal kepada Allah SWT.
Menyerahkan diri dan
segala urusan hanya kepada Allah SWT. Tawakal seperti ini hukumnya wajib,
karena dengan tawakal hanya kepada Allah SWT iman menjadi sempurna, sedangkan
menyempurnakan iman merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
b. Tawakkal kepada
selain Allah SWT.
1) Tawakkal kepada
selain Allah SWT dalam hal-hal yang menjadi urusan Allah, misalnya menyerahkan
urusan rizki dan syafa’at (pertolongan) kepada arwah para kyai
dan guru yang sudah wafat atau kepada patung/berhala. Tawakal seperti ini
hukumnya haram, karena termasuk kategori syirik akbar(syirik
besar).
2) Tawakkal kepada
selain Allah SWT dalam hal-hal yang termasuk urusan manusia, misalnya
menyerahkan urusan perekonomian, keamanan atau kesehatan kepada orang lain yang
dianggapkompeten (memiliki keahlian dalam bidang itu). Tawakal seperti
ini hukumnya mubah (boleh), dengan catatan tetap bertawakal
kepada Allah SWT, karena hanya Allah yang dapat memberi petunjuk dan kemudahan
kepada mereka dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan. Dengan demikian
berhasil tidaknya urusan itu tidak terlepas dari kehendak Allah SWT.
B. Contoh perilaku Zuhud dan Tawakal
1. Zuhud
Untuk menampilkan contoh perilaku zuhud, perhatikan narasi berikut ini !
Abu Bakar Shiddiq, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin
Auf adalah sahabat Nabi MuhammadSaw. yang kaya raya. Harta benda yang dimiliki
para sahabat mereka peroleh dari bekerja dengan cara yang benar, halal dan
tidak ada unsur penipuan. Harta benda tersebut dinafkahkan di jalan Allah,
yakni untuk ibadah, menyantuni kaum duafa dan mendukung perjuangan dan dakwah
Islam. Pengabdian mereka kepada Allah SWT, sama sekali tidak terpengaruh oleh
harta benda yang mereka miliki. Ketiga sahabat tersebut adalah orang yang kaya
raya, tetapi mereka tetap hidup dalam keadaan zuhud.
Kondisi demikian bertolak belakang dengan apa yang
terjadi pada sahabat Tsa’labah. Ketika miskin dia selalu shalat berjamaah
bersama Rasulullah dan menempati shaf pertama. Tetapi ketika dia sudah menjadi
orang yang kaya dia lupa berjamaah, bahkan ketika ayat tentang zakat
disampaikan kepadanya, dia enggan membayar zakat. Pengabdiannya terhadap Allah
SWT, terpengaruh oleh hartanya, bahkan tidak mau membayar zakat yang diwajibkan
kepadanya. Tsa’labah sungguh telah menjadi orang yang hubbuddunya.
Berdasarkan narasi di atas, maka contoh perilaku zuhud adalah sebagai
berikut :
a)
Senantiasa mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT, meskipun
sedikit.
b)
Senantiasa merasa cukup, meskipun harta yang dimiliki hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan primer.
c)
Senantiasa menggunakan harta yang dimiliki sebagai penunjang kesempurnaan
ibadah kepada Allah SWT.
d)
Senantiasa berpenampilan sederhana, baik dari segi sandang, papan maupun
pangan.
e)
Senantiasa mengutamakan cintanya kepada Allah SWT, daripada kecintaannya
terhadap dunia.
2. Tawakal
Untuk menampilkan contoh perilaku tawakal, perhatikan narasi berikut ini !
Suatu ketika seorang sahabat datang ke masjid dengan
menunggang unta. Sesampainya di depan masjid ia bergegas masuk masjid dengan
meninggalkan untanya tanpa diikat dengan alasan tawakkal kepada Allah swt.
Ketika hal itu diketahui oleh Rasulullah Saw., beliau bersabda, ”ikatlah untamu
dahulu, baru kamu tawakkal”.
Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw. dan
sahabat Abu Bakar Shiddiq singgah di gua Tsur untuk menghindari kejaran kaum
kafir Quraisy. Ternyata kaum kafir Quraisy sampai juga dimulut dua. Abu Bakar
merasa ketakutan, tetapi dengan tenang Rasulullah Saw. bersabda, ”jangan takut,
sesungguhnya Allah bersama kita”.
Suatu saat Rasulullah Saw. ditodong dengan pedang dan
hendak dibunuh oleh seorang preman Quraisy yang bernama Da’tsur. Dengan
sombongnya, Da’tsur berkata, ”hai Muhammad, dalam kondisi seperti ini siapa
yang akan menolongmu ? Dengan tegas Rasulullah Saw. menjawab, ”Allah”. Jawaban
Rasulullah Saw. tersebut membuat Da’tsur tersungkur tidak berdaya di hadapan
Rasulullah Saw. bahkan akhirnya Da’tsur masuk Islam
Berdasarkan narasi di atas, maka contoh perilaku tawakal adalah sebagai
berikut :
a. Senantiasa
beryukur atas karunia Allah SWT, dan bersabar jika tidak mendapatkannya.
b. Senantiasa merasa
tenang dan tentram serta tidak berkeluh kesah dan gelisah.
c. Senantiasa
berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan karunia Allah SWT.
d. Senantiasa
menerima segala ketentuan Allah SWT, dan ridla terhadap keadaan.
e. Senantiasa
berusaha memberikan manfaat kepada orang lain.
C. Pembiasaan Perilaku Zuhud dan Tawakal dalam kehidupan sehari-hari
1. Zuhud
Zuhud merupakan inti dari ajaran Tasawuf. Pemahaman zuhud bukanlah membenci
kehidupan dunia dan mengisolir diri dari keramaian dunia dengan mengabaikan
kewajiban menafkahi keluarga. Zuhud bukan berarti mengharamkan yang halal dan
bukan pula dengan membuang harta. Zuhud adalah benteng dari sikap sombong,
kikir, serakah dan bermewah-mewahan. Kehancuran seseorang dan bahkan sebuah
bangsa bercirikan pada keempat sikap tersebut.
Agar bisa bersikap zuhud, Imam Al-Ghazali memberikan tuntunan sebagai
berikut :
a. Memaksa diri untuk mengendalikan hawa nafsunya.
b. Sukarela meninggalkan pesona dunia karena dipandang kurang penting.
c. Tidak merasakan zuhud sebagai beban, karena dunia dipandang bukan
apa-apa baginya.
Untuk membiasakan perilaku zuhud dalam kehidupan sehari-hari, perhatikanlah
ciri-ciri
berikut ini:
a. Tidak berkebihan ketika mendapat pujian dari orang lain
b. Dunia bukan tujuan tapi sarana untuk menuju akhirat
c. Giat berusaha, beramal, bekerja dan beibadah
d. Ikhlas beramal dan tidak rakus terhadap dunia
e. Hidup sederhana walaupun kaya raya.
2. Tawakal
Tawakal merupakan bekal hidup orang beriman yang bisa menjadikan dirinya
tabah dalam menghadapi apapun bentuk cobaan hidup atau musibah yang menimpa.
Dengan sikap tawakal seorang mukmin akan merasa tenang dan tentram dalam
hidupnya. Jika mendapat anugerah atau kebaikan, ia sadar bahwa Allah yang
memberi semua itu, sehingga ia selalu bersyukur. Sebaliknya jika mendapat
musibah atau kesulitan, ia sadar bahwa semua itu datang dari Allah sebagai
ujian dan yakin bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan dan hikmah yang di
dalamnya.
Agar dapat bersikap
tawakal, Imam Al Ghazali memberikan tuntunan sebagai berikut :
a.
Berusaha memperoleh
sesuatu yang bermanfaat
b. Berusaha menjadikan
sesuatu yang dimiliki selalu bermanfaat
c. Berusaha menolak dan menjauhkan
diri dari sesuatu yang
menimbulkan mudlarat(bahaya/bencana)
d. Berusaha menghilangkan
mudlarat yang menimpa dirinya
Untuk membiasakan perilaku
tawakal dalam kehidupan sehari-hari, perhatikanlah ciri-ciri berikut ini :
a. Selalu menerima
ketentuan Allah SWT dan tidak pernah gelisah dan berkeluh kesah
b. Selalu bersyukur
atas karunia Allah SWT dan bersabar jika mendapat musibah
c. Selalu berserah
diri kepada Allah SWT dan giat berusaha atau ikhtiar.
d. Selalu berusaha
memberikan manfaat bagi orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Zuhud dan tawakkal termasuk sifat yang terpuji.
2. Zuhud adalah mengurangi keinginan untuk menguasai
kemewahan dunia sesuai dengan kadar kemampuannya
3. Tawakkal adalah Berserah diri kepada kehendak
Allah swt dan percaya dengan sepenuh hati atas keputusan-Nya
DAFTAR PUSTAKA
http://referensiagama.blogspot.com
Label:
zuhud dan tawakal
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
*Hak cipta 2012 oleh Eko Andri Wijaya. makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber...
-
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis...
-
*Hak cipta 2012 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
*Hak cipta 2011 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
*Hak cipta 2012 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai mana yang telah di sebutkan dalam ...
-
*Hak cipta 2012 oleh Eko Andri Wijaya makalah ini bebas untuk dibagikan kepada siapapun secara gratis, namun harus dijadikan sebagai sumber ...
Blog Archive
-
2012
(23)
- Juni(6)
-
April(17)
- penyebutan manusia dalam Al-Qur'an
- landasan hukum pendidikan
- makalah teologi islam; aliran mu'tazilah
- makalah teologi islam; kehendak mutlak tuhan
- makalah Filosofi Tarbiyah Ulul Albab; logo uin malang
- makalah ilmu alamiah dasar (iad); besi
- bahasa indonesia; surat lamaran pekerjaan
- bahasa indonesia; wacana
- TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH; bahasa indonesia
- sistematika penulisan karya ilmiah
- proposal
- makalah bahasa indonesia; berbahasa lisan
- makalah bahasa indonesia; siroh nabi sulaiman dala...
- makalah teori belajar; teori kognitivistik
- makalah strategi pembelajaran; tahapan-tahapan dal...
- makalah fiqih ; memahami pemecahan masalah-masalah...
- makalah akidah akhlaq ; zuhud dan tawakal
- 2011 (3)
1 komentar:
terima kasih bloknya
Posting Komentar